BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pemahaman
Mahasiswa Arsitektur tentang Elemen-elemen
kota di Provinsi Aceh masih rendah khususnya Kota Lhokseumawe dan kabupaten
Aceh Utara. Namun
pemahaman mahasiswa tentang elemen-elemen Kota dapat lebih ditingkatkan apabila mahasiswa lebih sering
melakukan praktek langsung ke lapangan tentang elemen-elemen kota yang ada di
Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.
Bertumpu pada kenyataan tersebut
untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif Mahasiswa baik secara
individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran
Urban Planning, maka setiap mahasiswa
dibentuk kelompok dan dibebankan untuk mendalami setiap elemen-elemen yang ada
di Kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.
Kebetulan kelompok kami dibebankan di daerah Kecamatan Blang Mangat yang berada
di Kota Lhokseumawe.
Kegiatan pembelajaran
dengan nuansa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diindikasikan
dengan keterlibatan Mahasiswa secara aktif dalam
membangun gagasan/pengetahuan oleh masing-masing individu baik di dalam maupun diluar lingkungan kampus dengan metode Praktek Langsung ke lokasi yang dapat membuat mahasiswa kreatif dalam mengaplikasikan Elemen-elemen
Kota.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
yang menjadi permasalah dalam Laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Kota?
2. Apa saja Elemen yang ada di
Kecamatan Blang Mangat?
3. Apakah Manfaat dari
mempelajari kota dan Elemen-elemennya?
4. Apa
saja contoh Elemen-elemen yang ada di Kecamatan Blang Mangat?
1.3
Tujuan
Penelitian
Dari
permasalah di atas, maka yang menjadi tujuan Laporan ini adalah untuk
mengetahui :
1. Pengertian
dari kota.
2. Elemen
yang ada di Kecamatan Blang Mangat
3. Manfaat dari mempelajari kota
dan Elemen-elemennya
4. Contoh
elemen yang ada di Kecamatan Blang Mangat.
1.4
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang didapat mempelajari Elemen-elemen
Kota adalah :
1. Mahasiswa
dapat mengetahui lebih dalam tentang elemen-elemen kota yang ada di Kecamatan
Blang Mangat;
2. Mahasiswa
dapat membedakan dan memberikan contoh-contoh gambaran tentang elemen-elemen
kota yang ada di Kecamatan Blang Mangat;
3. Mahasiswa
dapat memahami pentingnya elemen-elemen Kota.
4. Mahasiswa
dapat berkreatif dalam merancang elemen-elemen Kota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Kota
Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota,
tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain.
Beberapa pengertian kota antara lain :
a)
Tempat dimana konsentrasi
penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena terjadinya pemutusan
kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya;
b)
Pemukiman yang mempunyai
penduduk relative besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat
non-agraris, kepadatan penduduk relative tinggi;
c)
Tempat sekelompok orang dalam jumlah
tertenu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung
berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis;
d)
Pusat permukiman dan kegiatan
penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang di atur dalam
peraturan perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri
kehidupan perkotaan;
e)
Kota sebagai Daerah Otonom.
Pengertian kota itu sendiri dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang dan keilmuan, hal ini disebabkan didalam sebuah kota terdapat berbagai
kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, baik secara social,
ekonomi, budaya, pendidikan, politik, dan lain-lain. Adapun beberapa pengertian
lain kota yaitu :
a)
Menurut Amos Rappoport, yaitu kota satu
pemukiman yang relative besar, padat dan permanen, terdiri dari sekelompok
individu-individu yang heterogen dari segi social. Secara modern, dapat
didefinisikan suatu permukiman dirumuskan bukan dari ciri morfologi kota tetapi
dari suatu fungsi yang menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian
ruang dan hirarki tertentu;
b)
Menurut Bintarto, yaitu dari segi
geografis kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang
heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai benang
budaya yang di timbulkan oleh unsure-unsur alami dan nonalami dengan
gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya;
c)
Menurut Arnold Tonybee, yaitu sebuah
kota tidak hanya merupakan permukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan
yang khusus dan setiap kota menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing;
d)
Menurut Max Weber, yaitu kota adalah
suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya dipasar local;
e)
Menurut Lowrey, yaitu kota memiliki ciri-ciri
tertentu yang dapat diuraikan sebagai berikut :
·
Mata pencaharian : nonagraris, dan heterogen;
·
Ruang kerja : tertutup;
·
Musim/cuaca/iklim : tidak begitu penting;
·
Keahlian/keterampilan : spesialis & mengelompok;rumah dengan tempat kerja;
·
Kepadatan penduduk : tinggi;
·
Kepadatan rumah : tinggi;
·
Kontak social : frekuensi tinggi;
·
Stratifikasi sosial : kompleks;
·
Kontrol sosial : adat/tradisi tidak berpengaruh besar;
·
Sifat masyarakat : patembayan/gasselschaft;
·
Mobilitas penduduk : tinggi;
·
System social : tidal stabil.
f)
Menurut Louis Wirth, yaitu kota adalah
permukiman yang relative besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang
yang heterogen kedudukan sosialnya;
g)
Menurut UU No. 22/ 1999 tentang otonomi daerah, yaitu kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan social dan kegiatan ekonomi;
h)
Menurut peraturan Mendagri RI No. 4/ 1980, yaitu kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi
wilayah seperti kota madya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu
lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai cirri nonagraris, misalnya ibu
kota kabupaten, ibu kota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan.
2.2
Fungsi
Kota
Fungsi kota menurut NUDS :
a.
Hinterland Service
Memberikan pelayanan terhadap wilayah belakangnya berupa pedesaan,
fungsi ini terutama berkaitan dengan ekonomi yang ditujukan dengan adanya
kegiatan pemasaran produksi, distribusi barang-barang kebutuhan, pelayanan
sosial dan jasa.
b. Interrigional Communication
Terciptanya hubungan antar wilayah seperti kota yang memegang
peranan khusus dalam mengumpulkan barang-barang produksi yang kemudian
disalurkan ke wilayah lain atau ekspor seperti kota mempunyai fasilitas
pelabuhan.
c. Good Processing
Merupakan kedudukan pabrik-pabrik yang mengolah bahan mentah untuk
menjadi barang jadi. Hampir semua kota mempunyai kegiatan industri, namun
fungsi ini cenderung berkonsentrasi di kota atau dekat kota yang lebih besar.
d. Residential Sub Centre
Merupakan sub-sub permukiman yaitu sebagai tempat tinggal bagi
penduduk yang terkait dengan kegiatan di kota-kota utama yang besar.
Ada beberapa fungsi kota lainnya yaitu :
·
Sebagai pusat produksi
(production centre)
·
Sebagai pusat perdagangan
(centre of trade and commerce)
·
Sebagai pusata pemerintahan
(political capital)
·
Sebagai pusat kebudayaan
(culture centre)
·
Sebagai pusat kesehatan atau
rekreasi (health and recreation centre).
2.3
Elemen
Kota
Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik
Urban Design yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya
struktur visual kota serta terciptanya citra lingkungan yang dapat pula
ditemukan pada lingkungan di lokasi penelitian, elemen-elemen tersebut adalah :
a. Tata Guna Tanah
Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang
terbentuk, tata guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan
umum dan pertimbangan pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang
yang manusiawi.Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan
masalah-masalah yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan,
Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme
pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design, penekanan utama
terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan
kualitas lingkungan. Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari
zona mitigasi tiap-tiap wilayah kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk
dalam wilayah bencana alam siap menghadapinya dan juga membentuk kualitas hidup
lingkungan dan bersifat kawasan yang manusiawi.
b. Bentuk Dan Massa Bangunan
Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang
meliputi ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan,
pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan,
tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis
dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk
dan massa bangunan meliputi :
·
Scale, berkaitan dengan sudut
pandang manusia, sirkulasi dan dimensi bangunan sekitar.
·
Urban Space, sirkulasi ruang
yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang.
·
Urban Mass, meliputi bangunan,
permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat tersusun untuk membentuk urban
space dan pola aktifitas dalam skala besar dan kecil.
c. Sirkulasi Dan Parkir Elemen
Sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur
lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :
·
Jalan harus menjadi elemen
ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif.
·
Jalan harus dapat memberikan
orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca.
·
Sektor publik harus terpadu dan
saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
d. Ruang Terbuka
Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :
·
Ruang terbuka sebagai sumber
produksi. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia
(cagar alam, daerah budaya dan sejarah).
·
Ruang terbuka untuk kesehatan,
kesejahteraan dan kenyamanan.
Ruang terbuka memiliki fungsi :
·
Menyediakan cahaya dan
sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota.
·
Menghadirkan kesan perspektif
dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama dikawasan pusat kota yang
padat.
·
Menyediakan arena rekreasi
dengan bentuk aktifitas khusus.
·
Melindungi fungsi ekologi
kawasan.
·
Memberikan bentuk solid foid
pada kawasan.
·
Sebagai area cadangan untuk
penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan).
Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik,
visual ruang, lingkage dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor :
·
Elemen pembentuk ruang,
bagaimana ruang terbuka kota yang akan dikenakan (konteks tempat) tersebut
didefinisikan (shape, jalan, plaza, pedestrian ways, elemen vertikal).
·
Faktor tempat, bagaimana
keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada.
·
Aktifitas utama.
·
Faktor comfortabilitas,
bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran ruang, jarak pencapaian) dan
kualitas (estetika visual) ruang.
·
Faktor keterkaitan antara
private domain dan public domain.
e. Jalur Pejalan Kaki
Sistem pejalan kaki yang baik adalah :
·
Mengurangi ketergantungan dari
kendaraan bermotor dalam areal kota.
·
Meningkatkan kualitas
lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia.
·
Lebih mengekspresikan aktifitas
PKL mampu menyajikan kualitas udara.
f. Activity Support
Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum
kota dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang
menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan
ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi.
Pada dasarnya activity support adalah :
·
Aktifitas yang mengarahkan pada
kepentingan pergerakan (importment of movement).
·
Kehidupan kota dan kegembiraan
(excitentent).
·
Keberadaan aktifitas pendukung
tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik yang mendominasi
penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi
intensitas dan keberagamannya.
Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan
dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space (taman
kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan
sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.
g. Simbol Dan Tanda
Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :
·
Menciptakan kesesuaian.
·
Mengurangi dampak negatif
visual.
·
Dalam waktu bersamaan
menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda lalu lintas atau tanda
umum yang penting.
·
Tanda yang didesain dengan baik
menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan
memberikan informasi bisnis.
h. Preservasi
Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan
permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah,
hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu.
2.4
Standar
Kebutuhan Sarana Kota
a.
Fasilitas perumahan
Perumahan sebagai salah satu komponen pembentuk kota dengan batas
wilayah/kawasan tertentu membentuk struktur tata ruang kota. Struktur ruang
permukiman perkotaan terdiri dari beberapa kawasan dengan jumlah penduduk dan
luasan tertentu membentuk satuan lingkungan permukiman kota yang mempunyai satu
pusat pelayanan kota.
Undang – undang NO. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, memuat beberapa pengertian mengenai perumahan dan permukiman (pasal
1), yaitu :
·
Rumah adalah tempat tinggal
atau hunian yang digunakan manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan
makhluk hidup lainnya, tempat awal pengembangan penghidupan keluarga, dalam
lingkungan yang sehat, aman dan teratur.
·
Perumahan adalah kelompok rumah
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk
mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, tempat menyelenggarakan
kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas. Penaataan ruang dan kelengkapan
prasarana dan sarana lingkup harus dilakukan dengan maksud agar lingkungan
tersebut akan merupakan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur serta
dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.
·
Permukiman adalah kawasan yang
didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan,
dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk
mendukung kehidupan dan penghidupan sehingga fungsinya dapat berupa permukiman
perkotaan maupun permukiman perdesaan.
·
Satuan Lingkungan Permukiman
merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertent,
yang dilengkapi dengan system prasarana dan sarana lingkungan dengan penataan
ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkingkan pelayanannya dan
pengelolaan yang optimal.
Dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam perencanaan tata ruang kota, permukiman diartikan sebagai kesatuan
komponen kota yang saling mendukung membentuk suatu permukiman perkotaan dan
kawasan perkotaan dengan segala jenis sarana dan prasarana pendukung ekosistem
kota. Untuk itu dalam pengembangan system permukiman perkotaan haruslah
diciptakan beberapa kawasan perumahan sebagai salah satuan lingkungan
permukiman dengan sebaran yang merata agar tingkat pertumbuhan antar wilayah
dapat seimbang dan tetap memperhatikan kondisi social ekonomi penduduk sebagai
penghuninya kelak.
b.
Fasilitas Pendidikan
Pendidikan formal mempunyai beberapa tingkatan/jenjang yaitu taman
kanak – kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU). Rencana kebutuhan fasilitas pendidikan
maupun fasilitas sosial ekonomi lainnya didasarkan pada standar perencanaan
kebutuhan sarana kota (PU. Cipta Karya), dengan standar luasan yang berpedoman pada
tingkat kepadatan pada tingkat kepadatan penduduk. Dan lebih mendasar lagi
adalah bagaimana memadukan antara “supply and demand” dengan standar yang
digunakan.
·
Taman Kanak – kanak (TK),
penduduk mendukung fasilitas ini minimal 1.000 orang dengan luas lahan 2.400
M2. lokasinya sebaiknya berada di tengah – tengah kelompok keluarga, jumlah
murid dengan standar 3 ruang kelas terdiri dari 30 – 40 murid di setiap satu
ruang kelas.
·
Sekolah Dasar (SD), kebutuhan
satu unit SD, minimal penduduk pendukungnya 1.600 jiwa dengan luas lahan 7.200
M2. Lokasi jenis fasilitas ini sebaiknya berada di tengah kelompok keluarga
(permukiman) dengan radius pencapaian dari daerahyang dilayani maksimum 100
meter.
·
Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), jumlah penduduk pendukungnya minimal 4.800 jiwa untuk sebuah
SLTP, sedangkan luas lahannya adalah 5.400 M2. penempatan lokasi fasilitas ini
sebaiknya dikelompokkan dengan taman dan lapangan olahraga. Standar jumlah
murid adalah 40 murid/kelas.
·
Sekolah Menengah Umum (SMU).
Penduduk pendukungnya minimal 4.800 orang untuk sebuah SMU. Luas lahan SMU ini
adalah 5.400 M2. Standar 30 murid/ruang kelas dengan 14 kelas (pagi/sore) untuk
sebuah SMU.
c.
Fasilitas Kesehatan
Tingkat kesehatan penduduk merupakan salah satu elemen penting yang
dapat menentukan kualitas sumberdaya manusia. Fungsi utama sarana ini
memberikan pelayanan medis kepada penduduk. Oleh karena itu penyediaan
fasilitas kesehatan di kawasan perencanaan ini perlu mendapat prioritas.
Dikaitkan dengan standar perencanaan lingkungan permukiman kota, maka kualitas
kesehatan yang harus disediakan untuk melayani penduduk tersebut adalah
puskesmas, balai pengobatan, tempat praktek dokter dan apotik serta fasilitas
lain seperti tempat parkir dan taman.
·
Puskesmas pembantu, minimal penduduk
pendukungnya adalah 30.000 jiwa dengan luas lahan adalah 2.400 M2. Penempatan
lokasinya sebaiknya berada di tengah lingkungan keluarga (permukiman) dengan
radius pencapaian maksimum 1500 M2.
·
BKIA/Rumah Bersalin, penduduk
pendukung minimal 10.000 jiwa dengan luas lahan 3.200 M2. Lokasi fasilitas ini
berada di tengah – tengah lingkungan keluarga dengan radius pencapaian maksimal
2.000 meter.
·
Apotik, fasilitas kesehatan
yang fungsinya untuk melayani penduduk dalam memenuhi kebutuhan obat – obatan
adalah apotik. Penduduk pendukung minimal 10.000 jiwa dengan luas lahan 700 M2.
hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan fasilitas kesehatan ini adalah
pengalokasian fasilitas dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan pemukiman sehingga radius
pencapaian merupakan jarak yang tepat bagi kelompok aktivitas kegiatan
penduduk.
·
Praktek Dokter, untuk
menciptakan optimalisasi pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat di
kawasan perencanaan, diperlukan tenaga – tenaga medis yang cukup memadai
terutama dokter yang dapat memnerikan pelayanan yang lebih dekat pada
masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan tempat praktek dokter yang menyatu
dengan perumahan penduduk. Lokasi fasilitas ini disatukan dengan rumah tempat
tinggal dan setiap unutnya melayani penduduk 5.000 jiwa.
·
Balai Pengobatan, minimal
penduduk pendukungnya adalah 3.000 jiwa dengan luas lahan600 M2. lokasi
penempatan sebaiknya berada di tengah – tengah lingkungan keluarga dengan
radius pencapaian maksimum 1.500 meter.
d.
Fasilitas Peribadatan
Penghitung kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan perencanaan
disesuaikan dengan jumlah penduduk pemeluk agama yang ada. Berdasarkan data
jumlah penduduk menurut agama di kawasan perencanaan menunjukkan bahwa sekitar
98,6 % memeluk agama Islam dan selebihnya beragama Kristen dan Hindu (1,4 %).
Hal ini berarti penyediaan fasilitas peribadatan bagi pemeluk agama islam lebih
diproriotaskan, yang berupa Masjid dan Mushallah.
·
Masjid, penduduk minimal
pendukung fasilitas ini adalah 30.000 jiwa, dengan luas 3.500 M2. lokasi
penempatan fasilitas berada dalam satu pusat lingkungan kelurahan dan dekat
dengan konentrasi penduduk.
·
Mushallah/Langgar, penduduk
minimal 2500 jiwa, dengan luas lahan 600 M2. lokasi penempatan fasilitas
tergantung kondisi konsentrasi dan distribusi pemeluk agama bersangkutan.
e.
Fasilitas Perekonomian
Perkembangan suatu kota ditentukan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi
kota yang bersangkutan dan sebaliknya tingkat perkembangan ekonomi itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah ketersediaan
sarana dan prasarana ekonomi untuk melayani kebutuhan penduduk sebagai pelaku
kegiatan ekonomi. Fasilitas perekonomian yang dimaksud disini adalah fasilitas
pelayanan kegiatan perbelanjaan
sehari – hari yang mempunyai sifat pelayanan dari berbagai tingkat
sesuai dengan skala pelayanan yang direncanakan.
Keberadaan pasar merupakan salah satu tigkat pelayanan regional
sangat besar manfaatnya bagi kegiatan perekonomian yang diharapkan dapat
berperan sebagai titik pusat kegiatan jasa distribusi barang – barang produksi
yang dapat menarik dan mendorong laju pertumbuhan desa- desa pada wilayah
pelayanannya.
Dengan kondisi demikian dalam kaitannya dengan kawasan perencanaan
pada masa datang, dapat dialokasikan jenis – jenis fasilitas perekonomian
berdasarkan kriteria standar menurut pengelompokan jumlah penduduk/distribusi
penduduk setiap Bagian Wilayah Kota (BWK).
·
Pertokoan, penduduk pendukung
minimal 2.500 jiwa dengan luas lahan 2.400 M2. kriteria lokasi terletak pada
jalan utama lingkungan dan mengelompok dengan pusat lingkungan.
·
Warung/Kios, Warung/kios
penduduk pendukungnya adalah 2.50 jiwa. Kriteria lokasi di pusat lingkungan
yang mudah dicapai dengan radius maksimal 500 meter.
f.
Fasilitas Pemerintah dan
Pelayanan Umum
Analisis kebutuhan fasilitas pelayanan umum guna pelayanan kepada
msyarakat secara makro, seperti kantor administrasi, kantor pos, telepon umum,
balai pertemuan, MCK dan parkir umum. Sesuai dengan fungsi kota dan kebutuhan
perkembangan penduduk kota, maka fasilitas yang dibutuhkan :
·
Parkir umum + MCK seluas 200
M2, setiap unit melayani 2.500 jiwa.
·
Balai pertemuan dengan luas
lahan 600 M2, setiap unit melayani penduduk sekitar 2.500 jiwa.
·
Kantor Camat dengan luas lahan
2.000 M2.
·
Kantor Lurah dengan luas lahan
1.000 M2.
·
Kantor pos pembantu dengan luas
lahan 200 M2.
·
Pos Polisi dengan luas lahan
400 M2.
·
Kantor Koramil dengan luas
lahan 400 M2.
g. Konsep pengembangan
infrastruktur kota
Infrastruktur merupakan komponen utama dalam pengembangan suatu
perkotaan. Pengembangan komponen ini tergantung pada tingkat pelayanan
pendukungnya, seperti jimlah penduduk, tingkat dan skala pelayanan, sumberdaya
ala/fisik yang tersedia, sistem jaringan dan distribusi. Sistem infrastruktur
yang akan direncanaklan pengembangannya adalah : sistem air bersih, sistem
drainase dan pembuangan air limbah, sistem energi lestrik, sistem komunikasi
dan sistem persampahan. Kriteria pengembangan tiap komponen infrastruktur
tersebut antara lain :
·
Sistem Air Bersih
Air bersih memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok dan
utama penghidupan dan kehidupan penduduk di kawasan perencanaan. Beberapa
sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk kawasan perencanaan bersumber
dari air permukaan (sungai) dan dari mata air pegunungan yang dikelolah oleh
PDAM dan masyarakat. Sasaran rencana kebutuhan air bersih dikategorikan
berdasarkan jumlah kebutuhan penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas
perkotaan. Standarisasi kebutuhan air bersih berdasarkan petunjuk pedoman
tersebut di atas termasuk sasaranpenggunaanya, antar lain :
o
Air bersih perumahan
Kebutuhan air bersih untuk perumahan digolongkan untuk kebutuhan
perjiwa penghuni (jumlah penduduk). Diasumsikan bahwa tiap satu rumah akan
dialami oleh 1 KK dengan 5 jiwa. Tiap 1 jiwa membutuhkan lebih kurang 60
liter/hari.
o
Air bersih fasilitas pendidikan
Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan fasilitas pendidikan diketahui
setelah dianalisis besaran jumlah dan jenis fasilitas pendidikan yang akan
tersedia hingga akhir tahun perencanaan. Standar kebutuhan air bersih untuk
fasilitas pendidikan berdasarkan jenjang tingkat pendidikan formal adalah :
Ø Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan STK adalah 10
liter/orang/hari.
Ø Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan SD adalah 10
liter/orang/hari.
Ø Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan SLTP adalah 10
liter/orang/hari.
Ø Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan SMU adalah 10
liter/orang/hari.
o
Air bersih fasilitas kesehatan
Demikian halnya dengan fasilitas lainnya, jumlah kebutuhan air
bersih untuk fasilitas kesehatan di kawasan perencanaan sangat targantung dari
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang direncanakan. Adapun jenis fasilitas
kesehatan yang akan direncanakan pada kawasan perencanaan adalah :
Ø Kebutuhan air bersih untuk toko obat/apotik adalah 30
liter/unit/hari.
Ø Kebutuhan air bersih untuk tempat praktek dokter adalah 300
liter/unit/hari.
Ø Kebutuhan air bersih untuk balai pengobatan/puskesmas pembantu
adalah 10.000 liter/unit/hari.
o
Air bersih fasilitas olah raga
dan ruang terbuka
Kebutuhan air bersih untuk mendukung kegiatan olah raga dan ruang
terbuka di kawasan perencanaan terbagi atas taman tempat bermain dan lapangan
olah raga. Masing – masing membutuhkan air bersih sebanyak 1000 liter/Ha/hari.
o
Air bersih fasilitas
perekonomian
Perhitungan kebutuhan air bersih untuk fasilitas perekonomian di
kawasan perencanaan disesuaikan dengan standar lingkungan permukiman kota.
Kebutuhan air bersih untuk sarana perekonomian adalah : (a) pasar 10.000
liter/unit/hari, (b) warung 250 liter/unit/hari, (c) pertokoan membutuhkan air
bersih sebanyak 1.000 liter/unit/hari.
o
Air bersih fasilitas pelayanan
umum
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pelayanan umum digunakan asumsi
– asumsi berdasarkan standar atau pedoman perencanaan lingkungan. Kantor
lingkungan, kantor pos pembantu, dan parkir umum ditambah MCK, dengan kebutuhan
air bersih 1.000 liter/unit/hari.
o
Air bersih fasilitas
peribadatan
Berdasarkan analisa kependudukan di kawasan perencanaan sebagian
besar penduduk beragama Islam, sehingga komposisi penduduk pada tahun mendatang
tidak jauh berbeda pada keadaan sekarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa
perkiraan kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan perencanaan yaitu Masjid
lingkungan dan mushallah. Kebutuhan sarana air bersih untuk Masjid adalah
3.500 liter/unit/hari, dan Mushallah membutuhkan air bersih sebanyak
2.000 liter/unit/hari.
·
Sistem energy listrik
Kebutuhan sistem energi listrik dimaksudkan adalah kebutuhan sistem
yang meliputi jaringan dan distribusinya. Pelayanan listrik di kawasan
perencanaan dibutuhkan peningkatan daya listrik serta jaringan yang relatif
mencukupi termasuk penerangan jalan.
Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan
berdasarkan standar perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan listrik adalah :
o
Kebutuhan energi listrik
perumahan dan permukiman diasumsikan minimum 450 VA/Watt dan maksimum 990 VA/Watt
setiap unitnya.
o
Fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum dengan tipe kecil adalah 1.500 VA/Watt, tipe sedang adalah 2.500
VA/Watt dan tipe besar dengan 3.500 VA/Watt.
o
Fasilitas umum kebutuhan energi
listriknya adalah 20 %.
o
Penerangan jalan kebutuhan
listriknya adalah 10 % dari total kebutuhan keseluruhan.
Sistem distribusi jaringan kabel listrik dengan menggunakan tiang
yang terbuat dari pipa beton yang penempatannya pada daerah manfaat jalan
dengan jarak satu dengan yang lainnya adalah lebih kurang 50 meter dan sebagai
upaya untuk menghindari gangguan jaringan listrik, maka di beberapa tempat akan
ditempatkan gardu listrik yang sekaligus berfungsi sebagai pengontrol gangguan
listrik yang akan terjadi.
·
Sistem Komunikasi
Salah satu sarana untuk berinteraksi dan berkomunikasi yang saat ini
tersedia di kawasan perencanaan adalah berupa saluran telepon dengan sistem
“DRS” (digital radio system) dengan skala pelayanan yang terbatas. Oleh karena
itu, untuk memenuhi kebutuhan jaringan telepon di kawasan perumahan/perkantoran
diupayakan dapat terpenuhi dan tentunya dengan skala prioritas kebutuhan dengan
perluasan sistem jaringan yang ada. Standar rasio tingkat layanan kebutuhan
telepon baik pribadi maupun umum adalah masing – masing 1 : 14 dan 1 : 250.
·
Sistem Persampahan
Penggolongan jenis sampah dan intensitas penanganannya antar kawasan
dalam satu daerah sangat berbeda termasuk jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk
mengestimasikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di masa datang dianggap
bahwa jumlahnya tergantung jumlah penduduk kawasan tersebut. Mengingat untuk
mengkuantitaskanjumlah sampah yang dihasilkan sangat sulit maka digunakan
standar umum yakni 2 liter/orang/hari.
Kuantitas sampah yang dihasilkanakan dikumpulkan ataupun dikelolah
dengan menggunakan sarana dan prasarana, berupa penyediaan :
o
Gerobak 1 M2 untuk 200 KK.
o
Tempat pembuangan sementara
(TPS) untuk 150 KK
o
Container sampah dengan volume
6 – 8 M2 2.000 KK.
·
Melihat Kawasan Perencanaan
Sebagai wilayah dataran tinggi, maka dalam program pengadaan dan
pembangunan drainasenya dapat dilakukan dengan mengikuti jaringan jalan yang
direncanakan. Adapun sistem pengalirannya akan lebih mudah karena kondisi
kemiringan yang memungkingkan. Disampig itu, keberadaan aliran sungai di
kawasan tersebut dapat difungsikan sebagai jalan pengumpul.
·
Sistem Transportasi
Pengembangan sistem transportasi di kawasan perencanaan merupakan
bagian integral terhadap pengembangan sistem transportsi kota secara
keseluruhan. Keintegralan sistem ini akan menghasilkan pola dan aksesibiliras
pergerakan antar dan inter kawasan semakin baik. Jarak, biay, waktu tempuh
dalam suatu pergerakan yang efisien dan efektif adalah suatu tingkat kenyamanan
dan keamanan yang diterjemahkan dalam tingkat pelayanan pergerakan (level of
service).
Keberadaan sistem transportasi dalam segala aktivitas
antar/inter regional merupakan bagian yang mutlak. Level of service (los)
pergerakan yang dilakukan orang atau angkutan yang akan ditantukan dan ternilai
dari jumlah atau volume pergerakan yang etrjadi dalam suatu ruas jalan tertentu
terhadap kapasitas daya tampung dari jalan tersebut. Semakin besar arus
pergerakan yany terjadi dalam suatu ruas jalan tertentu dan melebihi dari
kapasitas daya tampung jalan tersebut akan
mengakibatkan kemacetan, minimal terjadi tundaan
pergerakan. Apabila kondisi ini terjadi akan mengakibatkan terjadinya karugian
baik materil maupun waktu tempuh semakin mahal dan lama/jauh bagi pengguna
jalan tersebut. Oleh karena itu, dalam perencanaan sistem transportasi kota
akan dipertimbangkan beberapa subsistem dari sistem transportasi yang saling
terkait membentuk siklus perencanaan sistem transportasi. Sub – sub sistem
tersebut terbagi atas : sub sistem kegiatan, sub sistem jaringan, sub sistem
pergerakan, sub sistem kelembagaan, sub sistem lingkungan (lokal, kota,
regional, nasional, internasional).
Kebutuhan umum perencanaan transportasi adalah untuk
mengestimasikan jumlah dan lokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah
perjalanan, baik untuk angkutan umum maupun pribadi), termasuk pola tindakan
yang akan diambil (rekayasa atau manajemen transportasi) untuk masa datang
(umur rencana) untuk kepentingan kebijaksanaan investasi perencanaan
transportasi. Kajian ini disebut sistem “supply vs demand”.
Hubungan dasar antara tataguna lahan, transportasi dan
lalulintas disatukan dalam beberapa urutan konsep, yang biasanya dilakukan
secara berturut – turut sebagai berikut :
o
Aksesibilitas, suatu ukuran atau
kesempatan untuk melakukan suatu perjalanan. Konsep ini lebih bersifat abstrak
dan dapat digunakan mengalokasikan problem yang terdapat dalam sistem
transportasi dan mengevaluasi solusi – solusi alternative. Dapat juga dikatakan
aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi guna lahan
berinteraksi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi
tersebut dicapai melalui sistem transportasi. (Black, 1981). Model yanh
digunakan adalah moel hansen, black dan conroy, 1972.
o
Bankitan lalulintas (trip generation);
suatu ukuran bagaimana tri terjadi dalam suatu guna lahan (zona). Model
analisis yang digunakan adalah IHCM 1990, 1995 dan 1998 serta standar/kritria
baku transportasi.
o
Distribusi
pergerakan (trip distribution); bagaimana perjalan tersebut terdistribusi
ke berbagai zona tarikan dan bangkitan di dalam zona – zona. Pengaruh kuat
dalam konsep ini, lokasi dan intensitas land use dan spasial separtation. Model
analisis yang digunakan dengan pendkatan rute dan pilihan pergerakan
berdasarkan zona asal dan tujuan (Tij = graviti model)
o
Pemilihan moda transportasi
(model choice or model split); menentukan faktor – faktor yang mempengaruhi
pemilihan moda transportasi untuk suatu tujuan tertentu.
o
Pemilihan rute (route choice or
trip assgnment); menentukan faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan rute
antara zona asal dan tujuan.
o
Hubungan antara waktu,
kapasitas dan arus lalulintas, waktu perjalanan dipengaruhi 0leh kapasitas rute
yang ada dan jumlah lalulintas yang menggunakannya.
Pengembangan jaringan transportasi yang terdiri dari jaringan jalan
dan terminal. Di kawasan perencanaan pengembangan jaringan jalan sesuai dengan
fungsinya meliputi jalan kolektor dan jalan lokal. Sedangkan pengembangan
prasarana transportasi berupa terminal pembantu direncanakan alokasinya
berdekatan dengan pasar induk kota.
Konsep sistem jaringan jalan akan optimal apabila
pembagian fungsi dan klasifikasi jalan telah ditentukan.Kejelasan tersebut akan
mempermudah pengaturan sirkulasi setiap moda angkutan agar elemen transportasi
yang ada dapat saling menunjang mobilitas penduduk dan/atau barang ke arah
lebih baik.
Dengan demikian,konsep pengembangan melalui penentuan
klasifikasi jalan dimasa yang akan datang yakni diklasifikasikan berdasarkan
fungsi jalan,dan bukan berdasarkan pada besaran ruang jalan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metodelogi penelitian yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Adapun
metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian secara “kualitatif dengan metode pragmatis”.
Penelitian kualitatif
adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada
kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori
dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada
makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum
jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan
meneliti sejarah perkembangan.
Penelitian
yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami obyek yang
diteliti secara mendalam. Lincoln dan Guba (1982) menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif bertujuan untuk membangun ideografik dari body of knowledge,
sehingga cenderung dilakukan tidak untuk menemukan hukum-hukum dan tidak untuk
membuat generalisasi, melainkan untuk membuat penjelasan mendalam atau
ekstrapolasi atas obyek tersebut.
Untuk
memenuhi kebutuhan data yang beranekaragam tersebut, penelitian kualitatif
menggunakan berbagai metoda pengumpulan data, seperti wawancara individual,
wawancara kelompok, penaelitian dokumen dan arsip, serta penelitian lapangan.
Antara metoda satu dengan yang lainnya tidak saling terpisah, tetapi saling
berkaitan dan saling mendukung untuk menghasilkan data yang sesuai dengan
kebutuhan. Data yang diperoleh dari suatu metoda disalingsilangkan dengan data
yang diperoleh melalui metoda yang lain, sehingga menghasilkan data yang dapat
dipercaya (valid) dan sesuai dengan kenyataan (reliabel).
Pragmatisme adalah aliran pemikiran
yang memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, atau teori, semata-mata
bergantung kepada berguna atau tidaknya ucapan, tersebut, atau teori tersebut
bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan budaya
dan tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir
sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang
terjadi pada awal abad ini.
Pendekatan
pragmatis (pragmatic approach) membangun teori berdasarkan kepada
konsep penggunaan atau kegunaannya. Sebagian besar praktek dan prinsip yang ada
sekarang dihasilkan dari pendekatan pragmatis (pragmatic approach),
solusi diadopsi sebagai prinsip akuntansi berterima umum (Generally
Accepted Accounting Principles) bukan sebagai metode untuk pemecahan
masalah, seharusnya hasil dari pendekatan pragmatis harus dilihat sebagai
pemecahan masalah sementara saja (tentative solution).
3.2 Prosedur PenelitianPenelitian ini berlangsung di wilayah Kecamatan Blang Mangat selama beberapa hari. Informasi yang di dapat pada saat melakukan penelitian adalah berupa peninjauan langsung ke lokasi penelitian dalam bentuk survei lokasi, pengambilan data Kantor camat Kecamatan Blang Mangat, pencarian data di internet dan perpustakaan.
3.3. Alat Penelitian
Adanya alat-alat
yang sangat di perlukan dalam melakukan penelitian sangat mendukung mekanisme
dalam penelitian yang kita teliti. Adapun Alat yang digunakan untuk pengumpulan
data lapangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peta
lokasi : yaitu suatu gambar yang dapat
kita ketahui letak suatu kawasan yang hendak di teliti. Jadi, dengan
menggunakan peta kita dapat mengetahui dimana letak kawasan yang hendak kita
teliti.Kuesioner atau daftar pertanyaan, dibuat terstruktur dan harus dijawab
oleh responden.
2. Referensi
: yaitu teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang kita lakukan,
referensi tersebut bisa kita dapatkan dari berbagai cara, bisa dari buku,
internet, dll
3. Kamera
: yaitu suatu alat yang digunakan untuk memotret suatu objek. Dalam melakukan
penelitian harus adanya bukti gambar lapangan yang hendak di teliti, jadi
dengan menggunakan kamera kita dapat memotret objek apa saja yang berhubungan
dengan penelitian yang hendak kita teliti.
4. Pengukur
: yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur jalan, pejalan kaki, drainase,
dll. Dalam melakukan penelitian harus adanya bukti ukuran di lokasi peninjauan
yang hendak di teliti, jadi dengan adanya ukuran/dimensi kita dapat menganalisis apakah di objek
penelitian sudah berbentuk standar dengan ketentuan teoritis atau belum.
3.4 Pengumpulan Data
dan Observasi Lapangan
3.4.1.
Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi:
a.
Data Primer: Data
yang diusahakan/didapat oleh peneliti
b.
Data Sekunder:
Data yang didapat dari orang/instansi lain
Pengumpulan data primer membutuhkan perancangan alat
dan metode pengumpulan data Metode pengumpulan data penelitian:
a.
Observasi
b.
Wawancara
c.
Kuesioner (Daftar
Pertanyaan)
d.
Pengukuran Fisik
e.
Percobaan
Laboratorium
Semua metode mensyaratkan
pencatatan yang detail, lengkap, teliti dan jelas. Untuk mencapai kelengkapan,
ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
a.
Nama pengumpul data
b.
Tanggal dan waktu
pengumpulan data
c.
Lokasi
pengumpulan data
d.
Keterangan-keterangan
tambahan data/istilah/responden. Responden: orang yang menjadi sumber data
Semua butir (item) yang
ditanyakan dalam semua metode pengumpulan data haruslah sejalan dengan rumusan
masalah dan/atau hipotesis penelitian. Karenanya diperlukan proses Dekomposisi
variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan butir penelitian
merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Proses dekomposisi ini
juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data. Proses dekomposisi ini
dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian Variabel.
3.4.2. Observasi, Wawancara, Pengukuran Fisik dan
Pencarian Data
Cara peneliti dalam mengumpulkan data pada
saat peninjauan ke lapangan (obyek yang diamati) menggunakan
dua cara yakni observasi dan wawancara.
a. Observasi Lapangan
Observasi atau pengamatan pada kelayakan kantin UNIMAL di Reuleut mencakup Kenyamanan
kantin yang belum memadai, Sirkulasi pada kantin yang belul mengikuti standar,
Parkir di area kantin kurang memadai, Tidak adanya sarana penunjang pada
kantin.
b. Wawancara
Wawancara pada pemakai kantin berupa pedagang dan pembeli bersifat terbuka dan
dilakukan secara berulang – ulang untuk mendapatkan informasi yang tepat dan
obyektif. (Narasumber akan memberikan jawaban yang sama apabila ditanyakan
secara berulang meskipun dengan gaya bahasa yang berbeda).
c. Pencarian Data/Informasi
Pencarian data/informasi yang di dapat pada saat
melakukan penelitian adalah berupa peninjauan langsung ke lokasi
penelitian dalam bentuk survei lokasi, pengambilan data Kantor camat Kecamatan
Blang Mangat, pencarian data di internet dan perpustakaan.
BAB
IV
GAMBARAN
UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1
Administrasi
dan Fisik Wilayah
Kecamatan Blang Mangat adalah sebuah
daerah yang terletak di Kota Lhokseumawe, Aceh. Ibukota Kecamatan Blang Mangat
ialah Punteut.
Kecamatan Blang Mangat memiliki batas-batas Administratif sebagai berikut :
-
Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Dua
-
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta
Makmur (Kabupaten Aceh Utara)
-
Sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Muara Satu
-
Sebelah
Timur Berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu (Kabupaten Aceh Utara)
Kecamatan Blang Mangat terdiri dari 23 desa/Kelurahan, yaitu Sebagai berikut :
a.
Mukin Meuraksa yang terdiri
dari kelurahan/gampong sebagai berikut :
1.
Kuala
2.
Blang Cut
3.
Mesjid Meuraksa
4.
Jambo Timu
5.
Tunong
6.
Blang Teueu
7.
Teungoh
b.
Mukim Punteut yang terdiri
dari kelurahan/gampong sebagai berikut :
1.
Baloy
2.
Blang Peunteut
3.
Kumbang Peunteut
4.
Mesjid Peunteut
5.
Ulee Blang Mane
6.
Keude Peunteut
7.
Mane Kareung
8.
Keude Peunteut
9.
Asan Kareung
c.
Mukim Mangat Makmu yang
terdiri dari kelurahan/gampong sebagai berikut :
1.
Rayeuk Kareung
2.
Alue Lim
3.
Blang Buloh
4.
Blang Weu Panjau
5.
Jeuleukat
6.
Blang Weu Baroh
7.
Seneubok
Selain
itu luas wilayah Kecamatan Blang Mangat ialah 5.612 Ha ( 56,12 Km2 ) dengan
angka 31 % dari 100 % luas wilayah Kota Lhokseumawe.
Kondisi
ketinggian lahan menunjukkan bahwa Kecamatan Blang Mangat berada pada
ketinggian 5-100 m dpl dengan kondisi yang relative berbukit-bukit sedangkan
kemiringannya berkisar antara 8-15 % tetapi walaupun begitu, kondisi kemiringan
ini masih memungkinkan untuk pengembangan kegiatan perkotaan.
Daerah
aliran sungai yang ada di Kecamatan Blang Mangat ialah Krueng Pase. Selain itu
penggunaan lahan di Kecamatan Blang Mangat di domonasi oleh alang-alang dan
belukar, ladang, sawah, serta perkebunan kelapa sawit yang menjadi pusatnya.
Jumlah
dan kepadatan penduduk Kecamatan Blang Mangat ialah 9.426 jiwa laki-laki dan 9.443 jiwa
Perempuan dengan total 18.869 jiwa atau 11,85 % dari jumlah penduduk Kota Lhokseumawe. Selain itu
kepadatan penduduk terkecil berada di Kecamatan Blang Mangat dengan jumlah 337
jiwa/km2. Kondisi ini dikarenakan wilayah dikecamatan ini dimanfaatkan untuk
lahan pertanian dan masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan untuk
permukiman.
4.2
Objek
Wisata
Objek
Wisata di Kecamatan Blang Mangat terdiri atas dua yaitu :
a. Wisata Budaya, terdiri dari :
o
Tugu
Lokasi Syahid Tgk. Abdul Jalil Cot Plieng, di Gampong Buloh,
o
Mon
Tujuh, di Gampong Buket Rata,
o
Makam
Prajurit Tgk. Abdul Jalil Cot Plieng, di Gampong Buloh, dan
o
Makam
Mualim Taufiq Shaleh, di Gampong Blang Weu Baroh,
b. Wisata Buatan yaitu : Taman Mangat Ceria
4.3
Elemen
Elemen yang ada di Kecamatan Blang Mangat saat
ini sebagai Berikut :
-
Jalan arteri, (pusat jalan raya)
-
Jalan Kolektor,(kuning)
-
Jalan lokal, ( hitam kecil)
-
Jalan khusus (jln line warna biru)
-
Terminal barang,
-
Sungai
-
Stasiun sedang
-
Jalur kereta api
-
Danau yang berada di Kecamatan Blang
Mangat, yaitu jeulikat, seunebok, dan mane kareung.
-
Daerah irigasi di kacamatan Blang Mangat
adalah DI Alue Lim.
-
Tempat sarana terpadu ragional dengan
skala pelayanan yang diletakkan di Alu Liem dengan sistem pengolahan Sanitari
Lanfild.
-
Bak sampah yang diletakkan dilokasi
umum.
-
Alat pengangkut sampah seperti dumtruk,
motor gerobak, dll
-
Drainase
-
Sumur resapan
-
Sirkulasi pejalan kaki
-
Vegetasi atau jalur hijau
-
Lampu penerang
-
Tempat duduk,
-
Pagar pengaman
-
Marka, perambunan dan papan informasi
-
Halte telpon umun
BAB
V
ANALISIS
ELEMEN KOTA
Tunggu sesi selanjutnya....
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
Tunggu sesi selanjutnya....
0 komentar:
Post a Comment